Kamis, 19 Januari 2012

TERINDAH BELUM TENTU TERBAIK

Satu hal yang tak bisa terhindarkan dalam hidup. Di saat kita berduka, saat senang. Semuanya terlarut manjadi satu. Ketika perjalanan hidup satu persatu ditempuh. Ketika rasa putus asa kadang datang dan pergi. Saat isak tangis kadang menyapa. Semuanya menjadi satu warna yang tak terhindarkan dalam kehidupan ini.
Kepedihan adalah salah satu cara Allah untuk mendewasakan diri kita, agar setiap hambanya dapat lebih menghargai arti dari sebuah kehidupan. Hidup yang berliku lebih memberikan kesan daripada hidup yang hanya lurus-lurus saja. Satu hal yang harus kita sadari bahwa tak selamanya kita dihadapkan pada kesusahan dan kepedihan. Ada sebuah pesan yang mampu mengokohkan semua itu, bahwa “bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan” .
Sesuatu yang indah di dunia ini hanya bersifat relative, bukan hakiki. Demikian juga cinta dan kasih sayang. Manusia selalu mencari dan mencari sebuah cinta yang sejati. Berbagai macam cara ditempuh, entah itu mereka mencoba mencari cinta sejati dengan sesama manusia, maupun hewan atapun tumbuhan. Namun, segala usaha itu sia-sia, selalu ada rasa jemu dan bosan dalam hati, setelah mereka merasakan sesuatu yang bernama keindahan. Jelas saja mereka tidak menemukannya, karena tak ada yang abadi di dunia ini. Segalanya yang abadi hanyalah milik Allah. Dan cinta sejati itu hanyalah kepunyaan Allah. Kadang sebagai manusia, rasa cinta itu naik dan turun. Sedangkan Allah memiliki rasa cinta yang terus menerus tanpa akhir kepada hambaNya. Cinta sejati tak pernah membutuhkan balasan, cinta sejati tak pernah ada bosan, cinta sejati akan terus ada meskipun yang lainnya tiada. Dan segalanya tentang cinta sejati itu hanya dimiliki oleh Allah azza wa jalla.
Tak pernahkah kita berpikir, mengapa yang terindah itu belum tentu terbaik? setiap yang indah layaknya kita syukuri, namun terkadang yang terindah itu berupa ujian yang mungkin tidak kita sadari. Mungkin, hanya diri kita sendirilah yang mengetahui sampai dimana dan seperti apa keindahan itu merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan kita, hingga mungkin keindahan itu bisa menjadi racun atau duri bagi hidup kita. Karena, pada hakikatnya keindahan dan kepedihan adalah sebuah warna bagi kehidupan.

3 komentar: